SOLD OUT
Pada masa dimuka perang sudah ada banjak pembaca harian Sin Po jang taro penghargaan pada gambar mingguan lelakon Put On tapi karena satu dan lain sebab tidak bisa mengumpulkan itu gambar-gambar
sendiri telah mengusulkan pada kita supaja gambar-gambar itu diterbitkan pula dalam bentuk buku. Itu usul kita sangat hargakan tapi toh kita tidak bisa segera turuti, sebab klise2 dari itu gambar-gambar kita sendiri sudah tidak simpan lagi.
Sedjak muntjul itu usul kita mulai kumpulkan klise-klise gambar Put On dengan maksud untuk itu penerbitan. Api sungguh tidak beruntung, sebelumnja itu maksud dapat dilakukan, keburu pecah perang dan dating jaman pendudukan dan sebagai akibatnja, tatkala djaman pendudukan telah liwat dan Sin Po diterbitkan pula, ternjata bahwa itu semua klise sudah linjap.
Pada seabisnja perang pun seperti dulu ada pula pada pembatja jang adjukan usul jang serupa dahulu, dan kita pun mulai mengumpul lagi klise-klise bekasgambar Put On. Oleh karena tiap minggu hanja ada satu dan tidak sasuau dapat disimpan maka hingga kini hanja ada sebagian sadja jang kita bisa tjitak lagi dan terbitkan dalam bentuk buku seperti jang diusulkan.
Kita harap sadja ini penerbitan tidak terlalu mengetjewakan orang-orang jang gemar lelakon Put On punja harapan.
Kho Wan Gie (lahir 1908 - wafat Mei 1983) adalah seorang komikus generasi pertama Indonesia yang karyanya mulai diterbitkan pada tahun 1929. Nama "Put" untuk pertama kali terbit Januari 1931. Karya awalnya, strip komik berjudul "Si Put On" adalah salah satu komik pertama di Indonesia dan menjadi pelopor komik-komik humor di Indonesia. "Put On" bercerita tentang seorang pria bujangan gendut dari kelas menengah yang lugu dan konyol yang tinggal bersama ibunya ("Nek") dan dua adiknya, "Tong" dan "Peng". Kadang-kadang muncul pula teman baiknya, "A Liuk", "A Kong" (wakil dari kaum totok), "O Tek" (wakil dari Tionghoa Belanda). Meskipun kisah-kisah "Si Put On" menggambarkan suasana masyarakat peranakan Tionghoa di Jakarta, nama "Put On" sendiri diambil dari kata "Bun An" atas saran direktur Sin Po saat itu, Aung Jan Goan yang berarti "Hiperaktif"
Komik ini terbit pertama kali pada tahun Agustus 1931 di harian Sin Po dan terus terbit selama 30 tahun meskipun sempat terhenti pada masa pendudukan Jepang dari 1942 hingga 1946. "Si Put On" terakhir terbit dalam media majalah Pantjawarna dan Harian Warta Bhakti. Kedua penerbitan ini dikenal beraliran kiri. Sejak peristiwa G30S, kedua media itu berhenti terbit, dan "Si Put On" pun tenggelam bersamanya.
Setelah lama absen, Kho Wan Gie muncul lagi dengan menggunakan nama samaran "Sopoiku", yang artinya tidak lain "Siapa Itu". Dengan nama ini ia kembali menegaskan keberadaannya dalam dunia komik Indonesia.
Karyanya Sopoiku antara lain diberi judul dan seri "Nona A Go-Go", "Lemot dan Obud", "Agen Rahasia 013 (Bolong jilu)", "Dalip dan Dolop", "Djali Tokcer".
Kho Wan Gie pun tampil di Majalah Ria Film (dengan tokoh si Pengky), Varia Nada, dan Ria Remaja.
(Bapa Komik Indonesia) Si Put On hanya Orang biasa saja
Kho Wan Gie, seorang kakek Tionghoa Peranakan dengen 8 putra-putri dan 14 tjutju.
Put On, jang punja vorm gemuk, bunder seperti kuwe Tong-Tjupia atawa kuwe bulan, masih dan aken tetep budjangan, agak litjik jang sering korbanken dua adik’nja dan ‘Ne (panggilan dari mama’nja) tapi itu tabeat tida bisa bikin ia masuk noraka, pingin djadi pahlawan, sok segala bisa dan tau jang berachir dengen kesialan atawa ke-Malangan dan jang terachir dari Put On punja sifat jang sanget mirip dengen Tie Pat Kai (siluman babi) alias dojan makan tidur dan tida mau djauh dari nona-nona tjantik.
Kemalangan jang paling achir ia mesti „Dibenamken” bersama harian Warta Bhakti jang memuat serial si Put On jang di tjap melitjinken kudeta G-30-S. Sekarang jang djadi pertanja’an kemana dan dimana pentjipta si Put On ?
Kho Wan Gie, dilahirken di Indramaju 1908. (*Wafat Mei 1983 di Djakarta). Bersama Siauw Tik Kwie beladjar melukis pada J. Frank dan H.v. Velthuisen. Pada usia 21 pemuda Kho koendjungi harian Sin Po di Asemka Djakarta untuk melamar pekerdja’an sebage pelukis. Bos Sin Po saat itu tuan Ang Jan Goan lasung mufakat. 17 Januari 1931 untuk pertama kali muntjulah tokoh Put On jang selandjutnja aken ditunggu oleh setiap pembatja Sin Po, mulai dari ‘ntjim², enso², oewa² hingga engkong² dan anak² ketjil pada berebutan djika itu koran sore kundjungi mereka.
Kalau sampe Put On mangkir atawa tida dimuat, maka hudjan surat pembatja aken membadjirken redactie Sin Po, „dimana Put On?, kenapa mangkir?, benarkah ia sakit?, berat atawa enteng sakitnja? kalau berat apa sudah ke Dokter?, di doakennja agar Put On sembuh dan sehat kombali, dan laen² pertanja’an dan pesan jang menjataken rasa sajang pembatja Sin Po pada ‘ngkoh Put On, dan tida djarang satu entjim ada jang mau pungut mantu sama si Put On!!! “
Bangkit dan tenggelamnja surat kabar tersebut adalah juga timbul dan hilang’nja si Put On. Setelah kemerdeka’an, Put On selalu tida pernah ketinggalan menonton paraja’an 17 Agustus’an bersama dia poenja ‘Ne (*mama’nja) dan kedua adik’nja si Tong dan Si Peng, bahken sobat²nja (si A Liuk; si A Kong; si Oh Tek) pun aken ia adjak untuk turut dalem itu peraja’an. Ketika orang demam sukarelawan, Put On pun djadi sukarelawan, diwaktu program pangan, Put On tida segan untuk turun ke desa bantu pak Tani. Pendek-kata karikatur Put On „TURUT” ikutin djaman dan kemauan pemerentah jang katanja aken sedjaterahken rakjat . Demikianlah si Put On jang awam aken POLEKSOSBUD diachir-achir kisahnja mendjadi berbau politik kata sang Petjipta sambil membetulken letak katjamata’nja.
Jang terang Kho Wan Gie bukan tukang gambar sembarangan, liatlah garis-garis gambar’nja jang sanget memikat. Setjara anatomis gambaran’nja tuan Kho tida kaku, dalem posisi begimana djuga (liatlah siPut On naek sepeda, njerobot Oplet, Mandjat Puhun, Terdjungkal, Baen badminton, sambut „Tamu Agung”, Lari ketakutan digigit andjing, Menjanji , Menari dan Meraju siotjia² jang mendjadi ia punja kesenengan) ia tampak pas dan mejakinkan. Dengen kata laen tokoh jang gemuk, berwadjah tida tampan (* djangan sekali-kali bilang djelek) dan orang gampang kenalin ia baek itu dari muka, belakang atawa samping.
Dari : kompasiana.com
Dari : wikipedia.org
Kho Wan Gie.
Kaloe ada satoe artist jang maskipoen teekenan'nja soedah terkenal teroetama diantara pembatja „Sin Po” sedari belasan taon sampe sekarang, tapi nama'nja tinggal tersimpen di latji, adalah ia sang caricatuurist, jang bikin „Put On” dari dagblad „Sin Po”.
Kho Wan Gie memang ada satoe artist jang mempoenjai sense of humor atawa perasaan jang loetjoe, maskipoen kaloe orang liat ia ada pendiam dan pemaloe, tetapi sekali keloearken oetjapan²nja, pasti jang mendenger aken tertawa terpingkel-pingkel.
Tetapi selaen sebage toekang membanjol, 'nko Wan Gie poen ada satoe schilder dalem ini vak. Ia pernah dapet pimpinan'nja J. Frank dan H.v. Velthuisen, sekarang ini selaen masih aktif di dagblad Sin Po, Kho Wan Gie sedeng teroes mentjari ilmoe menggambar dari manapoen sebage ia poenja individueel.
dari : hoedjien74.multiply.com
Rasa'nja tida atawa belon ada toelisan atawa data jang lebih lengkep di hari² terachir'nja Kho Wan Gie, selaen toelisan'nja Iboe Myra S, kerna ia pernah berdjoempah oentoek pasang omong dan toeroet melajat di hari pengabisan'nja Kho Wan „Put On” Gie maka tida pandjang lebar inilah toelisan Iboe Myra S jang saja temoeken di madjalah Intisari.
Pencipta Put On
Untuk mengumpulkan data tentang pengarang peranakan saya tidak selalu perlu menempuh perjalanan jauh. Di Jakarta saya juga berbincang dengan almarhum Kho Wan Gie, artis terkenal dari komik Put On. Put On adalah tokoh yang dimulai pada tahun 1930 di Harian Sin Po (* red sebetoelnja Kho Wan Gie boeat komikstrep sedjek ini taon, tjoema tokoh Put On di perkenalken Februari 1931), dan berlangsung sampai tahun 1942 ketika Jepang menduduki Indonesia. Pada 1946 Sin Po terbit lagi tetapi pada 1958 dibredel.
Saya diterima oleh Kho Wan Gie dengan ramah. Dia berasal dari Indramayu, dan pernah datang pada suami saya untuk berobat. Karena suami saya tidak memungut bayaran dari orang sekampung, dia pernah menghadiahi kami sebuah lukisan yang ia buat di waktu senggang. Saya diizinkan membuat fotokopi semua karyanya. Di samping itu ia masih memberi saya beberapa Majalah Sin Po dari koleksinya.
Pada suatu hari saya ditelepon oleh seorang putranya yang memberitahukan bahwa ayahnya telah meninggal. Saya pergi melayat dan memberi tahu Arswendo Atmowiloto yang menulis sebuah "In Memoriam" mengenai orang yang luar biasa, yang pernah menghibur orang tua maupun muda di Indonesia dengan goresannya yang tampak sederhana tetapi penuh dengan humor ini.
Meskipun Kho Wan Gie telah meninggal pada 1983, saya baru mendapat kesempatan untuk membuat paper tentang dia di tahun 1995 ketika di Leiden diadakan lokakarya mengenai Jakarta. Dari Jakarta ada Julianti Parani dan Yasmine Shebab yang turut serta. Dari Belanda ada Leonard Blusse, Kees Grijns, seorang ahli bahasa Betawi, dan Remco Raben. Ketika saya membawakan paper dan mempertunjukkan beberapa komik dengan overhead projector, beberapa orang tertawa terbahak-bahak.
Itoelah toelisan Iboe Myra S dan rasa'nja Iboe Myra S djoega toelis padjang tentang Kho Wan Gie pada boekoe……… dari beberapa pengarang asing dan salah satoe'nja Iboe Myra sendiri.
Dari : tjamboek28.multiply.com
Ditjitak dan diterbitkan oleh : N.V. Pertjetakan "Sin Po" Djakarta Kota 1952
Kondisi : sampul depan sobek, sampul belakang tidak ada.
Isi : 36 halaman
Ukuran : 36 x 23 cm
Harga Rp 100.000,-
SOLD OUT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar