Kamis, 11 November 2010

Put On no. 10


SOLD OUT



Kho Wan Gie

Kho Wan Gie (lahir 1908 - wafat Mei 1983) adalah seorang komikus generasi pertama Indonesia yang karyanya mulai diterbitkan pada tahun 1929. Nama "Put" untuk pertama kali terbit Januari 1931. Karya awalnya, strip komik berjudul "Si Put On" adalah salah satu komik pertama di Indonesia dan menjadi pelopor komik-komik humor di Indonesia. "Put On" bercerita tentang seorang pria bujangan gendut dari kelas menengah yang lugu dan konyol yang tinggal bersama ibunya ("Nek") dan dua adiknya, "Tong" dan "Peng". Kadang-kadang muncul pula teman baiknya, "A Liuk", "A Kong" (wakil dari kaum totok), "O Tek" (wakil dari Tionghoa Belanda). Meskipun kisah-kisah "Si Put On" menggambarkan suasana masyarakat peranakan Tionghoa di Jakarta, nama "Put On" sendiri diambil dari kata "Bun An" atas saran direktur Sin Po saat itu, Aung Jan Goan yang berarti "Hiperaktif"

Komik ini terbit pertama kali pada tahun Agustus 1931 di harian Sin Po dan terus terbit selama 30 tahun meskipun sempat terhenti pada masa pendudukan Jepang dari 1942 hingga 1946. "Si Put On" terakhir terbit dalam media majalah Pantjawarna dan Harian Warta Bhakti. Kedua penerbitan ini dikenal beraliran kiri. Sejak peristiwa G30S, kedua media itu berhenti terbit, dan "Si Put On" pun tenggelam bersamanya.

Setelah lama absen, Kho Wan Gie muncul lagi dengan menggunakan nama samaran "Sopoiku", yang artinya tidak lain "Siapa Itu". Dengan nama ini ia kembali menegaskan keberadaannya dalam dunia komik Indonesia.
Karyanya Sopoiku antara lain diberi judul dan seri "Nona A Go-Go", "Lemot dan Obud", "Agen Rahasia 013 (Bolong jilu)", "Dalip dan Dolop", "Djali Tokcer".
Kho Wan Gie pun tampil di Majalah Ria Film (dengan tokoh si Pengky), Varia Nada, dan Ria Remaja.

Si Put On Hanya Orang Biasa Saja

(Bapa Komik Indonesia) Si Put On hanya Orang biasa saja


Kho Wan Gie, seorang kakek Tionghoa Peranakan dengen 8 putra-putri dan 14 tjutju.


Put On, jang punja vorm gemuk, bunder seperti kuwe Tong-Tjupia atawa kuwe bulan, masih dan aken tetep budjangan, agak litjik jang sering korbanken dua adik’nja dan ‘Ne (panggilan dari mama’nja) tapi itu tabeat tida bisa bikin ia masuk noraka, pingin djadi pahlawan, sok segala bisa dan tau jang berachir dengen kesialan atawa ke-Malangan dan jang terachir dari Put On punja sifat jang sanget mirip dengen Tie Pat Kai (siluman babi) alias dojan makan tidur dan tida mau djauh dari nona-nona tjantik.


Kemalangan jang paling achir ia mesti „Dibenamken” bersama harian Warta Bhakti jang memuat serial si Put On jang di tjap melitjinken kudeta G-30-S. Sekarang jang djadi pertanja’an kemana dan dimana pentjipta si Put On ?

Kho Wan Gie, dilahirken di Indramaju 1908. (*Wafat Mei 1983 di Djakarta). Bersama Siauw Tik Kwie beladjar melukis pada J. Frank dan H.v. Velthuisen. Pada usia 21 pemuda Kho koendjungi harian Sin Po di Asemka Djakarta untuk melamar pekerdja’an sebage pelukis. Bos Sin Po saat itu tuan Ang Jan Goan lasung mufakat. 17 Januari 1931 untuk pertama kali muntjulah tokoh Put On jang selandjutnja aken ditunggu oleh setiap pembatja Sin Po, mulai dari ‘ntjim², enso², oewa² hingga engkong² dan anak² ketjil pada berebutan djika itu koran sore kundjungi mereka.


Kalau sampe Put On mangkir atawa tida dimuat, maka hudjan surat pembatja aken membadjirken redactie Sin Po, „dimana Put On?, kenapa mangkir?, benarkah ia sakit?, berat atawa enteng sakitnja? kalau berat apa sudah ke Dokter?, di doakennja agar Put On sembuh dan sehat kombali, dan laen² pertanja’an dan pesan jang menjataken rasa sajang pembatja Sin Po pada ‘ngkoh Put On, dan tida djarang satu entjim ada jang mau pungut mantu sama si Put On!!! “

Bangkit dan tenggelamnja surat kabar tersebut adalah juga timbul dan hilang’nja si Put On. Setelah kemerdeka’an, Put On selalu tida pernah ketinggalan menonton paraja’an 17 Agustus’an bersama dia poenja ‘Ne (*mama’nja) dan kedua adik’nja si Tong dan Si Peng, bahken sobat²nja (si A Liuk; si A Kong; si Oh Tek) pun aken ia adjak untuk turut dalem itu peraja’an. Ketika orang demam sukarelawan, Put On pun djadi sukarelawan, diwaktu program pangan, Put On tida segan untuk turun ke desa bantu pak Tani. Pendek-kata karikatur Put On „TURUT” ikutin djaman dan kemauan pemerentah jang katanja aken sedjaterahken rakjat . Demikianlah si Put On jang awam aken POLEKSOSBUD diachir-achir kisahnja mendjadi berbau politik kata sang Petjipta sambil membetulken letak katjamata’nja.


Jang terang Kho Wan Gie bukan tukang gambar sembarangan, liatlah garis-garis gambar’nja jang sanget memikat. Setjara anatomis gambaran’nja tuan Kho tida kaku, dalem posisi begimana djuga (liatlah siPut On naek sepeda, njerobot Oplet, Mandjat Puhun, Terdjungkal, Baen badminton, sambut „Tamu Agung”, Lari ketakutan digigit andjing, Menjanji , Menari dan Meraju siotjia² jang mendjadi ia punja kesenengan) ia tampak pas dan mejakinkan. Dengen kata laen tokoh jang gemuk, berwadjah tida tampan (* djangan sekali-kali bilang djelek) dan orang gampang kenalin ia baek itu dari muka, belakang atawa samping.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar