Turangga Bayu oleh Jan Mintaraga
Lepasan (Satu satu tidak dibundel)
Kondisi Baik
Ukuran : 18 x 13 cm
Jumlah Halaman tiap buku : 48 Halaman
Jumlah jilid : 18
Harga Rp 200.000,-
Jan Mintaraga dan Komik-Komik Roman Jakarta
Konon dalam belantika komik Indonesia di tahun 70–80-an dikenal tiga komikus besar yang karyanya akan tetap dikenal sepanjang masa. Mereka adalah Hans Jaladara dengan master piece-nya Panji Tengkorak yang disebut-sebut oleh sastrawan Seno Gumira Ajidarma sebagai ‘bukanlah sebuah komik silat melainkan sebuah drama cinta yang tragis’. Lalu ada Ganes Th dengan Si Buta dari Gua Hantu yang terus melegenda.
Yang terakhir adalah Jan Mintaraga. Berbeda dengan rekan-rekannya yang banyak bercerita tentang rimba persilatan, Jan Mintaraga mencoba melawan arus dengan bercerita tentang roman metropolitan, orang menyebutnya komik-komik roman Jakarta. Tentang kehidupan anak-anak orang kaya dengan segala problema cintanya.
Karya-karya Jan begitu berpengaruh berkat karakter tokoh-tokohnya yang kuat. Dia selalu menampilkan tookohnya dengan karakter rambut gondrong, acuh dan agak sinis. Celananya jin belel sepatu kets. Rokok terselip di bibirnya dan menggelantung jaket di pundak. Pada tokoh gadisnya goresan Jan Mintaraga selalu digambarkan dengan bentuk mata indah dan besar. Sedangan dandanan rambutnya sangat anggun. Jan juga mengerjakan detail-detail kecil pada latar belakang, seperti pada bangunan, interior sebuah ruangan, tirai, baju kotak-kotak dengan cara yang menonjol. Juga mulai penggunaan tinta putih untuk memberikan efek-efek tertentu.
Jan Mintaraga ahir di Yogyakarta pada 1942. Jan yang pernah kuliah di Asri Jogya, jurusan interior (1962) dan ITB Bandung, belajar di bawah bimbingan komikus R.A. Kosasih dan Ardisoma. Ia dianggap sebagai komikus yang agak kebarat-baratan, terutama karena gayanya sangat dipengaruhi komikus Amerika. Hal itu dapat dilihat dari penampilan para karakter, sangat tak lazim bagi anak-anak Indonesia, tapi sangat sering kita jumpai pada produk visual dari Amerika atau Eropa ketika itu. Mengenai hal ini Jan sendiri mengakui sendiri bahwa komik-komiknnya banyak terispirasi dari lagu-lagu Bob Dylan. Di antaranya, ada komik yang mengambil judul dari terjemahan sebuah lagu terkenal Bob Dylan, Blowing in The Wind. Komik itu, Tertiup Bersama Angin (1967), karya Jan Mintaraga.
Jan Mintaraga yang mempunyai nama asli Suwalbiyanto memulai dengan "Cinde Laras!" (Arya Guna), serta "Rajawali Menuntut Balas", yang masih berbau tokoh-tokoh Amerika. Jan mulai menarik minat pembacanya dengan "Sebuah Noda Hitam" (1968). Segera disusul dengan "Rhapsodi Dalam Sendu". Tapi tokoh ciptaannya yang terkenal, Rio Purbaya, dalam Sebuah Noda Hitam, yang laris pada awal 1970-an. Untuk Jakarta saja, menurut penerbitnya, terjual 20 ribu eksemplar dan menjadi box office. Bahkan saking populernya tokoh Rio, Roy Marten aktor terpopuler pada saat itu mengaku terilhami tokoh Rio setelah melahap habis komik itu. Roy bahkan sampai berpenampilan sama dengan Rio, kemeja kotak-kotak biru dan celana jeans belel.
Pada 1970-an, Jan termasuk salah satu komikus dengan bayaran termahal. Sebagai gambaran untuk komik setebal ‘hanya’ 48 halaman, honor yang diterima Jan adalah Rp 200 ribu. Tapi itu adalah tahun 1970-an, di mana harga emas waktu itu Rp 250 per gram, jadi bisa dibayangkan betapa jayanya kehidupan komikus yang sukses di zamannya. Selain dikenal karena komik-komik romannya Jan juga sempat membuat beberapa komik laga seperti Indra Bayu, Runtuhnya Pualam Putih, Kelelawar, Puri Iblis, Runtuhnya Puri Iblis, Misteri Tertangkap Jin, Macan Putih, dan Sepasang Gelang Mustika.
Dari : dekade80.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar